News & Research

Reader

Ketegangan Iran - Israel Diprediksi Tekan IHSG Dalam Jangka Pendek
Tuesday, April 16, 2024       12:32 WIB

Ipotnews - Meningkatnya konflik Iran - Israel diprediksi melemahkan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) dalam jangka pendek.
Mengutip data aplikasi IPOT , Selasa (16/4) pukul 11.40 WIB, IHSG diperdagangkan pada level 7.148, melemah 138 poin atau 1,9% dibanding penutupan sebelum libur Lebaran Jumat (5/4) di level 7.286.
Community Lead PT IndoPremier Sekuritas, Angga Septianus mengatakan IHSG hingga akhir pekan ini kemungkinan akan mengalami pelemahan. "Pekan ini akan fluktuatif dan minim sentimen positif," kata Angga saat dihubungi Ipotnews, hari ini.
Sepanjang libur Lebaran 2024, Angga melihat ada beberapa sentimen menekan bursa saham global. Terutama karena tetap tingginya inflasi IHK & kuatnya retail sales AS pada Maret 2024 sehingga menurunkan prospek pivot suku bunga, serta kekhawatiran ekskalasi konflik timur antara Iran dengan Israel.
"Ini membuat sell-off di pasar obligasi membuat AS tenor 10 tahun menguat ke level tertinggi tahun ini di 4,6%," ujar Angga.
Indeks dolar AS (DXY) menguat 1,8% ke area 106, tertinggi tahun ini dan membuat kurs rupiah tertekan 1,5% ke level Rp16,080 per dolar AS. Dari komoditas emas menguat 2,6%* ke level rekor tertinggi baru USD2,400/ounce akibat konflik langsung Iran-Israel, sementara libur di Indonesia mengancam supply dan membuat harga batubara naik 4,8%* sepanjang minggu lalu.
"So, yes IHSG diprediksi akan melemah seiring naiknya risk-off sentiment bersama dengan kejatuhan rupiah," pungkas Angga.
Sebelumnya, ekonom senior yang juga merupakan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu mengungkapkan risiko terberat yang akan dihadapi Indonesia dari dampak serangan Iran ke Israel pada Sabtu lalu (13/4).
Mari mengatakan, risiko terberat dari memanasnya tensi konflik di Timur Tengah itu ialah naiknya harga minyak mentah dunia hingga ke level USD100/barrel, menyebabkan beban subsidi energi di dalam anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ) naik.
"Dampaknya ke kita kalau kita melihat harga minyak tentu bisa sebabkan inflasi, apalagi kalau naik terus banyak yang perkirakan bisa capai US$ 100 dolar berarti pertama inflasi," kata Mari dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (16/4).
"Kedua dengan harga minyak naik berarti subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah dari APBN bisa juga terpengaruh," tegas Mari.
Sebagai informasi serangan balik yang dilakukan Iran kepada Israel pada Sabtu lalu mendorong harga minyak mentah jenis Brent berjangka diperdagangkan di atas USD90 setelah ditutup 1,1% lebih tinggi pada Rabu (10/4), sementara harga West Texas Intermediate (WTI) mendekati USD86.
Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) juga berpotensi naik, berdasarkan perkiraan Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM ke level USD100/barel. Melampaui asumsi harga ICP yang telah ditetapkan dalam APBN 2024 sebesar USD82/barel.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM